Kemiskinan dan Kampanye #RokokHarusMahal

Beberapa waktu lalu ada tema yang menarik sekali untuk disimak yang berkaitan dengan Rokok dan Kemiskinan. Kedua hal tersebut diyakini sangat berkaitan sehingga diadakanlah sebuah campaign sosial tentang #RokokHarusMahal oleh Ruang Publik yang dibahas dan dikupas tuntas lewat 100 radio jaringan KBR (Kantor Berita Radio). Selain itu bisa diakses pula melalui aplikasi KBR Radio di Android dan iOS, juga di fan page nya Kantor Berita Radio KBR.



Campaign ini menjadi sebuah serial yang sangat penting untuk disimak, karena fenomena rokok sendiri ada di lingkungan sekitar kita dan juga dampak nya bisa mempengaruhi banyak pihak. Serial Rokok Harus Mahal ini diselenggarakan untuk mengingatkan harga rokok yang cenderung murah membuat konsumsi rokok makin tak terkendali, mirisnya justru terjadi pada keluarga miskin dan anak-anak.Sehingga seperti yang telah disebutkan Rokok selalu berkaitan dengan Kemiskinan yang pastinya erat hubungannya juga dengan SDGs atau Sustainable Development Goals.






Pada golongan masyarakat perpendapatan rendah ketika seudah berhadapan dengan rokok cenderung bisa mengesamingkan kebutuhan primer atau hal-hak penting laiinya. Dengan menaiikan harga rokok diharapkan golongan ini dapat mengalokasikan uangnya untuk kebutuhan primernya dibanding membeli rokok dan juga diyakinin akan mengurangi prevalansi perokok di golongan ini.



Adapun narasumber yang terlibat dalam pembahasan ini diantaranya sebagai berikut:

  • Dr. Arum Atmawikarta, MPH, Manajer Pilar Pembangunan Sosial Sekertariat SDGs Bappenas
  • Tulus Abadi, KEtua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)
  • Jalal, Koalisi Bersatu Melawan Kebohongan Industri Rokok

Menurut Dr. Arum Atmawikarta beberapa waktu lalu di Istana Wakil Presidan telah diluncurkan aksi nasional yang bertujuan untuk rencana pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals). Aksi ini sendiri berkaitan dengan isu pengendalian Tembakau sebagai salah satu indikator yang harus dicapai, yang mana merupakan kesepakatan duni untuk mengurangi prevelansi merokok, terutama pada penduduk usia di bawah 15 tahun dan 18 tahun. 



Lalu bagaimana kalau dilhat dari sisi kesehatan, jika prevelansi perokok di kalangan miskin dapat mendukung pencapaian SDGs di bidang kemiskinan. Bila dilihat dari isu rokok dan kemiskinan, ada sebuah lingkaran yang bisa diamati dimana misalnya penduduk mengalokasikan uang untuk membeli rokok akan mengakibatkan turunnya tingkat pendapatan yang siap dipakai keluarga. Lalu  berkaitan dengan kesehatan, orang yang merokok sudah jelas beresiko terhadap kesehatannya sendiri, kemudian akan mudah sakit dimana nanti akan butuh pelyanan atau biaya yang lebih besar. Hal ini akan terus berdampak pada  produktifitasnya yang akan menurun. Hal-hal tersebut merupakan satu siklus terjadinya kemiskinan.


Mengenai Pengendalian Tembakau dan kaitannya dengan SDGs sudah lama diamati oleh Mas Jalal, menurutnya, kaitan Rokok tak hanya merujuk ke bidang Kesehatan. Sebetulnya rokok jauh lebih dari itu, seperti yang beliau sampaikan sebuah organisasi di Jerman misalnya menyatakan bahwa nungkin lebih dari 11 dari 17 tujuan SDGs akan sulit tercapai jika rokok tidak dikendalikan. Indonesia sendiri mendapat peringkat juara dunia pria perokok, karena pria dewasa Indonesia 67% nya merokok. Golongan terbesar proporsiya dipegang oleh buruh, petani dan nelayan.



Bila dari pengamatan YLKI yang diwakili oleh Mas Tulus mengenai pengeluaran rokok dalam keluarga dimana biasanya dilakukan pada golongan menengah kebawah. Lalu rokok sendiri di Indonesia memiliki tingkat keterjangkauan yang tinggi dengan harga nya yang murah dan dijual eceran, bahkan nilai rokok di Indonesia termasuk yang termurah di dunia. Jadi hampir tidak ada pengendalian dari sisi penjualannya. Hal ini menjdikan semua orang menjadi sangtat familiar dengan rokok dan ini berbahaya sekali tehadap 2 komunitas yaitu komunitas remaja dan anak-anak, lalu komunitas perokok miskin/rumah tangga miskin. Elain itu rokok itu mengandung nikotin yang bersifat adiktif. Sehingga bisa membuat keluarga miskin cenderung mengabaikan kebutuhan lain, pendidikan bahkan gizi dan kesehatan dengan malah membeli rokok. Oleh sebab itu dua hal penting disini ada aspek keterjangkauan dan adiksi yang sangat serasi sehingga rokok harus dibuat tidak terjangkau. Intinya harus dibuat lebih mahal dari sekarang. 



Lalu apa saja solusi yang bisa diusahakan dalam pengendalian rokok untuk keluarga miskin ini, biasanya harus dari keluarga dulu. Karena sebagian besar anak-anak yang merokok karena melihat dan meniru orang di sekitar nya yang merokok juga. Hal ini menjadi cukup kompleks, karena dalam penyusunan kebijakan juga paling tidak ada beberap bidang yang harus digarap bersama-sama. Seperti pada bidang pertanian, perindustrian, kesehatan dan kesejahteraan. Jadi semacam lintas bidang dan harus dilakukan terus menerus. 



Kemudian ada pertanyaan apakah benar dengan program #RokokHarusMahal bisa membantu keluarga miskin untuk mengurangi belanja rokok. Dijawab oleh Mas Tulus, hai tersebut tentu saja bisa tercapai karena melihat pengalaman empiris di seluruh dunia, yang mana rokok dijual sangat mahal. Lalu bagaimana rokok agar menjadi mahal, slah satunya dengan cukai. Bisa disebutkan bahwa instrumen cukai itu dibayar konsumen dan itu menjadi tanggung jawab negara untuk menaikkan cukai setinggi mungkin. Untuk regulasi di UU cukai itu memang 52% dari harga aslinya. Jadi pertama yang harus dilakukan adalah merevisi UU cukai agar harganya bisa lebig tinggi.Sehingga muncul ide Rokok 50ribu, yang diyakini cukup mahal untuk dijangkau keluarga miskin. 





Pada closing pembahasan #RokokHarusMahal kali ini bisa disimpulkan campaign ini agar kita bisa melindungi masyarakat terutama masyarakat miskin agar merek lebih sehat, lebih produktif dan sejahtera. Jangan sampai uang yang sulit didapat hanya habis oleh rokok. Lalu sebagai komoditas kena cukai sudah sewajarnya rokok dijual mahal dan itu sudah suatu keharusan. 



Untuk mendukung terwujudnya program #rokokharusmahal sebagai salah satu pengendalian konsumsi rokok di kalangan miskin, ada beberapa hal yang bisa dilakukan, seperti  membuat petisi yang ditandatangani oleh 5000 orang wanita yang setuju dan mendukung akan program #rokokharusmahal.Petisi yang dibuat sebagai salah satu bentuk desakan dari suara publik kepada pemerintah tersebut bisa diakses melalui change.org/rokokharusmahal. 

Atau buat kamu yang hobi menulis, yuk ikuti lomba blog nya dengan cara membuat artikel bertema#rokokharusmahal. Terbuka bagi seluruh blogger Indonesia. Dengan ketentuan lomba sebagai berikut :






1.  Follow akun social media KBR : Facebook Kantor Berita Radio – KBR ; Twitter @haloKBR dan @beritaKBR serta Instagram @kbr.id
2.    Tulisan sesuai tema pembahasan dalam talkshow. Talkshow edisi 3 - diadakan pada tanggal 30 mei 2018 (dengan batas waktu tanggal 06 juni 2018). Talkshow edisi 4 diadakan pada tanggal 06 juni 2018 ( batas waktu tanggal 13 juni 2018) dan talkshow edisi 5 akan diadakan pada tanggal 20 juni 2018 mendatang (dengan bats waktu tanggal 27 juni 2018).
3. Upload tulisan di blog pribadi dengan memuat frase : *program radio ruang public KBR,hashtag #rokokharusmahal, #rokok50ribu serta link back ke website www.kbr.id
4.   Kirim link blog ke email ruangpublikkbr@gmail.com dengan subject LOMBA BLOG, sertakan juga biodata anda (nama, domisili, akun medsos, Twitter, FB, IG dan nomor HP).
5.    Share tulisan di blog ke media sosial anda dengan mention salah satu akun media sosial KBR dan mencantumkan #rokokharusmahal #rokok50ribu
6.  Blogger diperbolehkan mengirimkan tulisan untuk semua episode talkshow (ada 8 episode yang akan dihadirkan hingga Agustus 2018).
7.    Pemenang akan dipilih oleh juri dari KBR.
8.   Tiga tulisan terbaik dari tiap episode akan dilombakan lagi di akhir program untuk dipilih oleh dewan juri menjadi juara 1,2 dan 3. Dengan total hadiah 17 juta rupiah. Keputusan juri bersifat final dan tidak dapat diganggu gugat.
9.     Pendaftaran paling lambat ditunggu 7 hari setelah talkshow.

            Oya, berikut ini rekaman acara talkshow tanggal 06 juni 2018 yang bisa disimak melalui:



Comments

  1. Setuju pisan saya mah, pokoknya rokok harus mahal!

    ReplyDelete
  2. Wah iya, suka sebel nih kalau deket-deket sama orang yang ngerokok, suka bau engap

    ReplyDelete
  3. Keren banget bahasannya. Aku mau cus langsung isi petisinya...

    ReplyDelete
  4. Semoga ini gak hanya sekedar wacana yaa...
    Harus benar-benar ada hasilnya niih... #RokokHarusMahal

    ReplyDelete
  5. Ih, sedih ya liat kenyataan yang ada. Orang-orang yang harusnya memprioritaskan kebutuhan pokok, malah banyak pengeluaran di rokok. Semoga program Rokok Harus Mahal ini berhasil. Supaya angka perokok semakin sedikit. Miris banget. :(

    ReplyDelete
  6. sebagai orang yang berkecimpung di bidang pemberdayaan masyarakat, rokok ini jadi PR banget buat kami para pekerja sosial. Karena taraf hidup masyarakat agak susah naiknya saat warga yang dibina prioritas pengeluarannya adalah rokok! T.T

    ReplyDelete
  7. Tadi siang saat mengantar Fathan les, saya mendapati ada 2 anak SMP yang sedang asyik merokok di belakang kebun, duh miris melihatnya, mereka bisa beli rokok dengan uang jajan mereka

    ReplyDelete
  8. Sedih banget kalo lihat anak SD ngerokok

    ReplyDelete
  9. Setuju banget rokok harus mahal, terutama rokok jangan dijual ketengan lagi, lebih baik dialokasikan untuk biaya hidup sehari hari seperti kebutuhan makan keluarga

    ReplyDelete
  10. Setuju rokok harus mahal
    Supaya anak anak ngga tergiur beli Dan coba merokok
    Karena sama aja dengan meracuni diri sendiri

    ReplyDelete
  11. Sedih dan kesel banget bacanya. Setuju banget deh klo rokok harus mahal. Supaya punah juga.

    ReplyDelete
  12. Yes, rokok harus Mahal. Sangat setuju😎

    ReplyDelete
  13. Sempet kepikiran jg, klo rokok mahal nanti tidak kriminal makin merajalela nggak ya? Tapi insyallah kalo sosialisasinya bagus, banyak yg ngerti alesan kenapa rokok harus mahal, dan sebaiknya sama sekali g usah ngerokok.

    ReplyDelete

Post a Comment